Konsekuensi menjadi guru adalah harus bisa mengajar dan mendidik muridnya dengan baik dan benar. Konsekuensi menjadi calon guru adalah harus belajar bagaimana caranya agar bisa mengajar dan mendidik muridnya dengan baik dan benar.
Itulah yang harus saya perhatikan. Kebetulan saya duduk di bangku kuliah yang mencetak menjadi guru SD. Tidak menjajikan gaji yang besar memang, tapi gaji dan materi bukan tujuan yang keren untuk manusia. Karena harta tidak akan bisa menjaga manusia itu sendiri, tapi malah manusia yang harus bersusah payah menjaga harta itu.
Ngomong-ngomong tentang bagaimana caranya agar bisa mengajar dan mendidik murid dengan baik, ada cerita yang menggelitik pada perkuliahan saya hari ini. Ketika teman-teman menghadapi matakuliah pembelajaran IPA SD, ketika kami belajar bagaimana mengajarkan IPA agar pelajaran IPA itu bisa diterima dengan baik oleh anak2 usia SD.
Adalah teman saya, sebut saja namanya Bunga. Ketika itu giliran Bunga yang simulasi. Dengan pakaian yang rapi bak seorang guru betulan. Dia berdiri di depan kami yang berpura-pura menjadi murid. Dia sudah siap memulai pelajaran ..
“ Assalamualaikum warrohmatullohi wabarakatuh .. bagaimana kabar kalian hari ini anak2 ? “
“ Walaikumsalam .. baik bu .. “
Dia memulai pelajaran .
“ Bla.. Blaa.. Bla.. “
Akhirnya sampai pada saatnya Bunga menyebutkan apa yang akan dipelajari pada saat itu.
“ Anak-anak, hari ini kita akan mempelajari tentang pubertas “
Simbol “ tanda tanya “ berputar-putar diatas kepala saya.
“ Bla.. Blaa.. Bla.. “
Dia menceritakan apa itu pubertas, kata Bunga pubertas adalah perubahan fisik yang terjadi pada anak2 menjadi dewasa. Dan lain sebagainya, dan lain sebagainya.
Sampai saatnya dia mengeluarkan dua buah gambar yang membuat jantung saya seakan-akan melompat. Bagaimana tidak, Bunga mengeluarkan dua buah gambar dengan kertas ukuran A4 bergambar laki-laki dan wanita yang tanpa busana alias telanjang alias bugil.
Betapa terbelalaknya saya waktu itu. Apa memang seperti ini pelajaran pubertas untuk anak SD? Pikir saya. Mungkin Bunga ingin menunjukkan perbedaan perkembangan bentuk fisik dari anak2 menjadi dewasa. Memang benar terkait pubertas harus dipahami anak mulai dari dini, tapi apakah caranya seperti ini? Yang sampai menunjukkan gambar dua jenis anak Adam yang tanpa sehelai benang ditubuhnya sampai terlihat jelas alat2 mereka (tidak perlu dijelaskan lebih detail)
Sungguh, gambar yang dibawakan Bunga benar tidak pantas untuk dikonsumsi mata, apalagi mata anak2 usia SD. Saya dengan lantang berkata tidak setuju dengan pembelajaran seperti itu!!
Gambar-gambar seperti itu walaupun memiliki dalih sebagai media pembelajaran dalam bentuk konkret atau nyata, tetap tidak bisa dibenarkan. Kekonkretan sebuah pembelajaran untuk anak SD memang wajib karena itu sesuai dengan usia perkembangan berpikir mereka, tapi kekonkretan itu juga ada batasnya, tidak bebas dan tidak bermoral seperti itu. Karena gambar itu sungguh memperlihatkan bagaimana bentuk tubuh manusia yang hanya bisa dilihat ketika mandi. Parah bukan?
Dengan gambar2 seperti itulah yang memicu timbulnya rasa ingin tau anak SD semakin besar. Apakah Bunga lupa kalau usia SD itu memiliki sifat rasa ingin tau paling besar di antara rentangan usia2 yang lain? Ya kalau yang ingin diketahui anak itu sesuatu yang sudah pantas diketahui anak SD tidak masalah, tapi kalau dengan hal2 seperti gambar itu menurut saya sungguh sesuatu yang tidak pantas untuk diketahui anak2 SD.
Dan menurut saya (setelah melihat fakta) hal2 seperti itulah yang memicu banyaknya kasus free seks, seks dibwah umur, sampai pemerkosan. Karena dengan disuguhi hal2 seperti itu bukannya malah bisa membuat manusia meredam nafsu syahwat, tapi hal2 itulah yang akan memicu rasa ingin tahu manusia terkait dengan hal-hal yang berbau syahwat itu, yang selanjutnya akan membuat manusia ingin mempraktekkannya. Kalau di praktekan dalam pernikahan tidak masalah, tapi kalau disalurkan dengan oranag2 yang belum muhrimnya, ya neraka punya.
Apalagi hal2 tersebut harus dicekokkan pada anak2 usia SD yang seharusnya dalam usiaa tersebut adalah untuk membentuk karakter anak, yaitu bagaimana membentuk sikap dan akhlak anak agar bermoral dan sesuai dengan akhlak islam.
Loh kan hal2 yang ditunjukkan kepada anak SD secara konkret maka akan dengan mudah menunjukkan anak mana yang baik dan mana yang buruk?
Tidak selalu. Karena sekali lagi saya tegaskan usia SD adalah usia dimana anak memiliki rasa ingin tau yang paling besar daripada rentangan usia lainnya. Jadi usia ini adalah usia dimana rasa penasaran anak paling besar. Ibaratnya seperti ini, ketika anak memiliki mainan baru dan anak tersebut belum bisa memecahkan teka-teki yang ada dalam mainan tersebut maka anak akan selalu mencari tahu dan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan mainan itu. Demikian halnya dengan apa yang ditunjukkan Bunga dalam gambar, ketika anak hanya mengetahui hal tersebut secara setengah2 maka anak tersebut akan selalu bertanya2 dengan (misal) apa fungsinya? Cara penggunaanya? Dan bagaimana rasanya? Dan kalau anak yang sudah memiliki pertanyaan2 seperti itu tidak mendapatkan perhatian dan arahan yang extra dari orang tua ataupun guru, maka ya sungguh bukan suatu yang mustahil ketika anak2 usia dini sudah berani bermain seks. Maka dari itu sesuatu yang menjadi pemicunya (misalnya gambar2 seperti milik Bunga) jangan sampai dikonsumsikan pada anak SD (ataupun pada anak2 usia lainnya juga). Karena anak SD adalah usia dimana mereka belum paham mana yang baik dan mana yang buruk.
Hal ini berlaku juga dalam pencegahan hiv atau free seks dalam remaja. Pencegahan hal2 seperti itu tidak bisa dengan cara memberikan seks education yang berisi dengan pengetahuan detail2 alat2 kelamin manusia, karena hal ini akan malah memicu rasa ingin tahu seseorang. Karena sudah kodrati bahwa manusia itu memiliki naluri melangsungkan keturunan, yang salah satu implementasinya adalah kecenderungan terhadap lawan jenis dan melakukan hubungan seks.
Pencegahan HIV yang sekarang sedang di galakkan dengan sosialisasi pemakaian kondom ataupun adanya ATM kondom hal ini juga tidak menyelesaikan masalah, karena dampak yang terjadi akan bertambah parah. Yaitu sama halnya dengan memfasilitasi remaja untuk melakukan zina. Semakin para remaja itu di fasilitasi dengan kondom yang mudah di dapat tersebut, maka free seks akan semakin banyak terjadi dan dampak yang saya katakan lebih parah terjadi adalah deskontruksi moral yang drastis, kebejatan akhlak, dan semakin jauhnya remaja dengan nilai2 agama islam.
Jadi semua solusi yang dilakukan sekarang sungguh parsial, tidak menyentuh akarnya. Dan satu2nya solusi terbaik adalah dengan memahamkan pengetahuan anak tentang agama islam yang telah jelas mengatur hidup manusia termasuk juga hubungan dengan lawan jenis.
Terus bagaimana donk caranya memberikan pembelajaran yang baik tentang pubertas untuk anak SD ?
Gampang kok. Yang penting perlu kita tahu dulu bagaimana hukum laki2 dan wanita dalam islam, yaitu terpisah. Jadi sebelum membicarakan hal2 seperti itu maka kita harus memisahkan dulu antara siswa laki-laki dan perempuan menjadi dua ruangan yang berbeda, dan hendaknya ini yang harus menjadi penekanan bagi siswa, bawasannya laki2 dan perempuan itu seharusnya terpisah. Dan seharusnya yang memberikan pelajaran bagi siswa laki-laki adalah guru laki2, dan yang memberikan pelajaran bagi siswa perempuan adalah guru perempuan. Setelah itu dalam memberikan pembelajaran kita juga tidak perlu memberikan gambar, apalagi sampai memberikan gambar milik lawan jenis. Kita cukup menceritakan pada anak (misal) kalau pubertas laki2 akan muncul jakun, dada menjadi bidang, dll. Jadi cukup kita bercerita saja, toh hal itu sebenarnya bukan sesuatu yang harus dipelajari karena akan secara alami dan pasti dialaami oleh anak2 sendiri jadi tidak perlu terlalu detail, cukup mengetahui saja.
Dan sesungguhnya yang harus menjadi penekanan atau yang menjadi titik utama bukanlah perkembangan fisik dalam pubertas melainkan adalah aplikasi ketika seseorang anak telah mencapai pubertas atau dalam islam di sebut baliq. Usia baliq adalah batas antara usia anak2 dan usia dewasa, dimana setelah mencapai baliq seseorang akan memiliki konsekuensi mempertanggungjawabkan apa yang diperbuatnya atau usia baliq adalah dimulainya Malaikat mencatat amal perbuatan buruk ataupun baik manusia, inilah yang harus menjadi penekanan.
Laki2 baliq ditandai dengan telah mengalami mimpi bersetubuh atau biasa disebut mimpi basah, dan untuk wanita diawali dengan menstruasi. Mulai dari saat itulah kewajiban sholat, zakat, puasa, berdakwah, dan kewajiban lainnya di timpakan pada sesorang. Jadi hal inilah yang seharusnya menjadi titik beratnya, bahwa pubertas tidak hanya melulu membicarakan fisik tapi di balik itu semua ada sebuah konsekuensi yang lebih besar untuk seorang muslim yang baliq.
Lalu apakah yang dilakukan Bunga itu salah?
Kalau saya katakan salah, ya tidak. Tapi kalau saya katakan benar, ya malah saya yang salah. Ketika saya bertanya pada bunga tentang kenapa kok sampai dia memakai gambar seperti itu, Bunga menjawab kalau memang sudah seperti itu di buku teksnya. Hmm ..
Semakin heranlah saya.
Ternyata benar, dalam buku teks IPA SD yang mempelajari tentang pubertas memang terdapat gambar2 seperti itu. Kalau memang seperti itu mungkin Bunga bisa di anggap tidak bersalah.
Bunga hanya mencoba untuk patuh terhadap apa yang terdapat pada buku, karena mungkin dia ingin menjadi guru yang baik. Mungkin Bunga juga kurang paham kalau itu bertentangan dengan syariat Islam. Saya maklum Bunga.
Memang bukan sesuatu yang mengherankan, ketika sebuah negara seperti nagara kita yang berlandaskan pada sekulerisme muncul hal2 seperti ini.
Menjadi tanggung jawab negaralah untuk mendidik rakyatnya. Melayani dengan pendidikan yang mampu mencerdaskan dan menyelamatkan rakyatnya di dunia dan akhirat. Tapi ketika sebuah negara yang pendidikannya pun memisahkan antara ajaran agama dengan kehidupan apakah itu bisa menyelamatkan rakyatnya di dunia dan akhirat? tentu saja tidak.
Maka yang paling patut di persalahkan adalah sistem yang mengatur negara ini, alias negara yang salah. Bagaimana tidak negara dengan sadar mencekoki sesuatu yang menjadi pemicu dekonstruksi moral mulai dari anak2 usia dini. Pendidikan yang sungguh tidak membentuk karakter yang islami. Selain itu negara juga memfasilitasi remaja dalam berbuat zina, sungguh itu juga menjadi kesalahan yang bermula dari sistem yang mengatur negara ini.
Mungkin kita tidak sadar, di negara dengan sistem sekuler seperti ini dengan mudah kita dimurtadkan dari agama kita, ya minimal di jauhkan lah dari nilai islam. Sudahlah kita disuruh beerhukum kepada thogut, masih lagi kita tidak akan selamat dunia dan akhirat.
Sebuah perbandingan ketika islam menjadi sistem negara yang mengatur rakyat. Terbentang mulai zaman hijrah madinah sampai 1924 di turki utsmani. Islam mampu mengayomi rakyatnya. Islam mengatur rakyatnya dengan pendidikan yang berdasarkan Alquran dan Sunnah. Muncul ulama2 besar, ilmuwan2 penting bagi peradaban dunia.
Kejayaan islam yang terbentang selama 13 abad ini (demokrasi masih 1 abad sudah mau runtuh) tidak akan tercapai melalui penghambaan makhluk terhadap makhluk (berhukum dengan hukum buatan manusia) melainkan ini hanya bisa tercapai melalui penghambaan makhluk hanya kepada Allah Sang Pemilik Alam. Hanya Allah dan Rosulnya yang menjadi rujukan, yang implementasinya menerapkan hukum Allah dalam semua ranah (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, hankam). Maka ketika sekarang hukum Allah itu tidak diterapkan menjadi kewajiban setiap muslimlah untuk memperjuangkan penegakkan hukum Allah itu. Karena pasti kita semua tidak mau dijauhkan dari agama kita (dijauhkan dari surga, didekatkan pada neraka), kita pasti tidak mau anak cucu kita tidak bermoral karena tidak mendapatkan pendidikan berazaskan islam, tentu kita tidak mau di murtadkan dengan berhukum pada hukum buatan manusia. Tapi tidak hanya demi manfaat itu saja, sungguh ada sebuah bisyarah dari Rosulullah SAW tentang akan tegaknya lagi corpus Allah: tsumma takunu khilafatan ‘ala minhajin nubuwwah. Dan akan ada kekhilafahan yang berdasarkan azas kenabian. Rosululloh yang bersabda, bukan kyia, bukan ulama, apalagi saya. Maka yakinlah dan berkontribusilah.
Hmm.. itulah repotnya menjadi guru di negara sekuler seperti ini. Ketika harus terpaksa mengikuti aturan yang salah. Semoga ketika saya lulus nanti khilafah sudah tegak. Dan saya akan menjadi guru Sekolah Dasar Negari Khilafah Islamaiyah. Semoga para guru yang sekarang bekerja di negeri sekuler ini dan tidak mengetahui bahwa mereka mengajarkan sesuatu yang salah pada murid diberikan pada petunjuk oleh Allah. Dan yang masih menjadi calon guru semoga bisa segera menyadari kesalahan2 yang terjadi dan ikut berkontribusi untuk memperbaikinya.
Semoga segera khilafah itu tegak.
Dedicated to Bunga and all my friend
U’re best