Senin, 18 Juli 2011

HAMnya Sukardi

Ditengah ocehan dosennya yang ngomong tentang HAM, Kardi malah ngantuk. Matanya sembab , lengket seperti di lem castol warna kuning-kuning. Tadi malam dia ngelembur nonton film Butterfly Efect yang baru dia bajak di internet.

Di tengah-tengah keseriusan teman-temannya memperhatikan pelajaran dari dosennya, Kardi malah sibuk mencari posisi tidur yang enak agar tidak ketahuan dosennya itu.

Teman-temannya geleng2 kepala melihat tingkah Kardi yang nyeleneh itu. Mereka tertawa. hehe

Ibu Dosen yang udah punya gelar profesor itu dicuekin Kardi. Kardi melulu menguap. Sang dosen pun mengencangkan suara, dia bilang:

“ manusia itu memiliki Hak berdiri sendiri, hak kebebasan. Hak yang diseb
ut hak asasi manusia, yang di lindungi oleh PBB. Bla bla bla ... “

Hoah , ngantuk ..

“ manusia berhak melakukan apa saja. Misalnya berhak berpendapat, berhak mengapresiasikan seni, berhak memilih keyakinan agama. Blu ble blu ble ....

Hoahhhhmm ..

“ dan kebenaran itu bentuknya relatif. Tergantung dimana tempatnya. S
esuatu yang benar di afrika belum tentu benar di indonesia, juga sebaliknya. Dan kita tidak bisa memaksakan sesuatu yang kita anggap benar. Selama sesuatu itu bermanfaat di suatu tempat, maka hal itu bisa disebut kebenaran . blah bleh blah bleh ... “

Hoooooaaaahhh ...

“ demikiann juga dalam beragama, kita tidak boleh menganggap agama kita paling benar karena sekali lagi kebenaran itu relatif. Dan kita harus menjunjung tinggi pluralisme. Kitap
un juga tidak bisa menyalahkan orang yg keluar dari agamanya, karena itu hak mereka yang tidak bisa diikat. Kita harus menghormati pilihan mereka, karena agam kita adalah agam kita dan agama mereka adalah agama mereka. Blueh blueh blueh blueh ...”

Hooooooaaaaahhhmmm , ngantuuukk ..

Semua adalah relatif (All is relative) merupakan slogan generasi zaman postmodern di barat. Ia bagaikan firman tanpa tuhan, dan sabda tanpa nabi. Ia menyerupai undang-undang, tapi tanpa penguasa. Slogan itu memang enak didengar dan menjanjikan kenikmatan syahwat manusia. Baik buruk, salah benar, porno tidak porno, sopan tidak sopan, bahkan dosa tidak dosa adalah nisbi belaka. Artinya tergantung siapa yang menilainya.

Kalau kita mau jujur, Slogan relativisme ini sebenarnya lahir dari kebencian. Kebencian pemikir barat modern terhadap agama. Benci terhadap sesuatu yang mutlak dan mengikat. Generasi postmodernis pun mewarisi kebencian ini. Tapi semua o
rang tau, kebencian tidak pernah bisa menghasilkan kearifan dan kebenaran. Bahkan persahabatan dan persaudaraan tidak selalu bisa berkompromi dengan kebenaran. Aristoteles rela memilih kebenaran dari pada persahabatan.

Bukan hanya itu “semua adalah relatif” kemudian menjadi sebuah kerangka berfikir. “berfikirlah yang benar, tapi jangan merasa benar,” sebab kebenaran itu relative. jangan terlalu lantang berbicara tentang kebenaran, dan jangan menegur kesalahan,” kerena kebenaran adalah relative . “benar bagi anda belum tentu benar bagi kami,” semua dalah relatif.

Kerangka berfikir yang demikian itu disempurnakan oleh filosof paling "ngawur' dalam abad modern Nietzsche. Dengan gagasan nihilisme dan relativisme itu, filosof yang di akhir hidupnya gila itu telah menggemparkan dan menjungkirbalikan dunia intelektual dan spiritual
. Tak terpungkiri para cendikiawan, intelektual, dan mahasiswa muslim terpengaruh dan teracuni oleh pemikiran ngawurnya itu. Tak sampai disitu saja, mereka bahkan memposisikan nietzsche sebagi idola baru, nabi baru yang membawa ajaran/agama baru.


Lama-lama dosen Kardi pun geram dengan tingkah Kardi yan
g seenaknya sendiri. Sudah sejam lamanya ocehan dosen itu di tanggapi dengan uapan Kardi yang hampir menelan seisi kelas. Dengan nada marah dosen itu pun berkata:

“ KARDI ..!! dari tadi saya lihat kamu ngantuk terus? Ayoo coba kamu tanggapi apa yang sudah saya jelaskan tadi !!
Teman-teman sekelas Kardi tertawa. Haha

Dengan mata yang masih setengah terbuka Kardi nyeletuk.

“ Bu, kalo suatu hari anak perempuan ibu telanjang, kemudian dia nari-na
ri di tengah jalan sambil nyanyi. Menurut dia itu adalah bentuk apresiasi seni, dan itu adalah hak dia. Ketika ibu menegur dan memarahinya, anak itu ibu itu menjawab: ini hak saya bu, ibu tidak berhak mengikatnya. Kalau ibu melarang saya mengaprsiasikan seni berarti ibu melanggar ham. Gimana menurut ibu? “

Ibu dosen bengong.

Teman-teman Kardi plonga-plongo (bengong dan saling memandang 1 sama lain). Kemudian mereka tertawa lirih. Qieqie


Kemana HAM dan kebebasan ketika terjadi ini ..



Dan ini ..



Dan banyak lagi ..

di Sunting dari tulisan seorang kawan, Wak Hadi
Oleh: Sukardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!