Sabtu, 22 Mei 2010

Obama dan Nyawa Seorang Muslim

Rasulullah SAW bersabda: "Bagi Allah, hancurnya bumi beserta isinya adalah lebih ringan dibanding terbunuhnya seorang Muslim".

Rasulullah SAW menunjukkan kepada kita demikian pentingnya nyawa seorang Muslim dalam pandangan Islam. Di dalam Alquran, Allah juga menegaskan membunuh seorang manusia tanpa ada alasan yang haq berarti seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Firman-Nya: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya." (TQS. Al-Maidah [5] : 32).

Rasulullah SAW pun tidak sekadar berucap, tapi membuktikannya. Hal itu tampak ketika ada seorang Muslim syahid dibunuh dengan cara dikeroyok oleh orang-orang Yahudi di pasar Bani Qainuqa'. Lelaki Muslim ini terbunuh karena membela seorang wanita Muslimah yang dilecehkan kehormatannya di pasar Yahudi itu. Rasulullah SAW bersikap tegas, seluruh orang Yahudi Bani Qainuqa' pun diusir dari kota Madinah, karena telah melakukan pengkhianatan. Ini merupakan bentuk penghargaan Islam terhadap nyawa manusia dan perlindungan kepala negara terhadap rakyatnya.

Pertanyaan kita sekarang, bagaimana kalau yang dibunuh itu adalah jutaan umat Muslim? Masihkah kita menolerir pembunuhan seperti ini? Padahal bagi Allah SWT hancurnya alam semesta ini lebih ringan dibanding dengan terbunuhnya nyawa seorang Muslim. Masihkah kita berbuat baik kepada kepala negara yang bertanggung terhadap pembantaian jutaan umat Islam?

Karena itu sungguh mengherankan sekaligus memuakkan ketika masih ada yang mengaku Muslim, tapi masih menganggap Obama kepala negara penjajah sebagai tamu terhormat yang layak diterima. Padahal Obama -panglima tertinggi militer AS- telah memerintahkan pengiriman pasukan ke Afghanistan, berikut tambahan 30 ribu pasukan, yang itu nyata-nyata telah menyebabkan ribuan umat Islam terbunuh di sana.

Obama hingga saat ini masih belum sepenuhnya menarik pasukan AS dari Irak. Padahal sudah lebih 1 juta orang terbunuh di Irak sejak penjajahan AS di negeri Islam itu. Sang presiden AS ini juga secara terbuka tetap mendukung negara teroris Israel, meskipun teroris itu secara sistematis membunuh kaum Muslim di Palestina. Dalam acara yang disponsori oleh Kedutaan Besar Israel di Washington dalam rangka hari jadi negara Israel yang ke-60, Obama berjanji untuk melakukan apapun untuk menjamin keamanan Israel.

Lebih menyedihkan lagi ada Muslim mengatakan kita masih membutuhkan Amerika Serikat sebagai negara adidaya. Ucapan yang sungguh-sungguh tidak pantas. Bagaimana seorang Muslim membutuhkan pembunuh dan perampok umat Islam?

Seharusnya kita bersama seluruh umat Islam berjihad di Irak, Afghanistan, dan Palestina, sebagai kewajiban, ketika sebuah negeri Islam diserang. Kalau pun itu belum bisa kita lakukan karena berbagai alasan, paling tidak kita tidak menyakiti saudara-saudara kita di sana. Bisa kita bayangkan betapa sakitnya hati saudara kita, melihat pembunuh saudara-saudara mereka, pemerkosa wanita-wanita Muslimah, para bajingan yang menyiksa Muslim di penjara-penjara yang juga melecehkan Alquran, penghancur negeri Islam, kita terima sebagai tamu terhormat dengan lapang dada, penuh senyum dan menganggapnya sebagai mitra dan sahabat?

Bukankah Alquran telah mengatakan kita ini bersaudara, innamal mu'minunna ikhwah? Bukankah banyak ayat yang melarang kita menjadi musuh-musuh Allah sebagai wali, sebagai sahabat? Bukankah Rasulullah mengatakan persaudaraan itu bagaikan tubuh yang satu, satu bagian tubuh disakiti berarti menyakit tubuh yang lain. Bukankah Rasulullah telah mengatakan tidak beriman seseorang hingga mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri? Kenapa pesan-pesan Rasulullah SAW ini kita lupakan?

Paling tidak, untuk saat ini, sikap kita menolak kedatangan Obama merupakan bentuk solidaritas kita terhadap saudara seiman yang ditindas. Sekaligus menunjukkan bahwa kita tidak bisa diperalat oleh negara muhariban fi'lan Amerika Serikat dalam politik belah bambu mereka. Paling tidak kita menunjukkan kepada dunia, kepada umat Islam, bahwa mayoritas penduduk Indonesia tidak menerima kepala negara yang bersikap dzalim terhadap umat Islam.

Inilah bentuk bantuan kita yang paling sederhana. Dan Rasulullah SAW telah berjanji bagi siapapun yang menolong saudaranya saat tidak ada di depan matanya, maka Allah akan membantunya di dunia dan akhirat. "Man nashara akhaahu bi dzhahril ghaibi nasharahu Allahu fiddunya wal akhirah".

mediaumat.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!