Selasa, 03 Agustus 2010

Berpikir Tentang Perubahan

Pren, kalo seandainya kamu adalah orang pintar (:p~), apa komentarmu kalo ngelihat ada teman sekolahmu yang dapat berita mendadak kalo di kampungnya ia ternyata punya harta warisan yang luar biasa banyaknya. Tanah yang luasnya berjuta-juta hektar dan subur. Peternakan di mana2 dan jumlah ternaknya pun buanyak. Tapi, lantaran dia nggak ngerti sama sekali cara ngelola itu warisan, dia pun bingung.
Mendengar berita heboh ini, tentu saja banyak orang tergiur lalu menawarkan jasa ke temanmu tadi untuk mengelola semua warisannya. Tentu dengan imbalan. Kalian tentu pernah kan ketemu sama orang2 jenis kayak begitu. Yang kalo ngelihat ada orang berkocek tebal langsung deh pada nggerumutin.

Nah, temanmu pun kemudian memilih salah satu penyedia jasa tadi. Dengan imbalan 90% laba kelola masuk ke koceknya, sedangkan 10% sisanya masuk ke kocek temanmu. Sejalan waktu, sang pengelola bilang ke temanmu bahwa dia butuh beli alat2 modern untuk mengelola warisan yang luas tadi agar lebih efisien. Tapi karena 10% bagian temanmu jelas kurang untuk membeli alat2, sang pengelola pun membujuk temanmu agar ngutang ke rente kenalan si pengelola dengan bunga 5%.
Sejalan dengan waktu, hutang yang berbunga ini semakin menggunung. Beberapa warisan pun disarankan oleh si pengelola agar dijual dengan alasan untuk menutup beberapa tagihan hutang. Lagi2 karena temanmu awam dalam hal begituan, dia manut aja. Dan ingat, 90% laba kelola warisan tetap murni masuk kocek pengelola tanpa terganggu gugat. Dodolnya, temanmu ngerasa nyaman2 aja tuh.
Ok, gimana komentarmu kalo ketemu temanmu itu?
Anyway, begitulah bangsa kita ini sobat. Bangsa kita ini dianugerahi warisan nenek moyang yang luar biasa melimpah ruah. Hutan, sawah, gunung, lautan di mana2. Membentang dari Sabang sampai Merauke. Semuanya subur, semuanya menghasilkan. Semua hasil alamnya laku dijual dan dengan harga tinggi.
Tapi lantaran bangsa kita yang kelamaan dijajah, jadi maaf2 saja, rada kurang encer kalo diajak mikir. Hebohnya, udah tahu kurang encer, masih ditambah males pula kalo disuruh belajar. Apalagi yang serius2.
Akhirnya, apa mau dikata, hasil kekayaan yang melimpah ruah pun hilang lenyap tak jelas rimbanya. Puluhan juta orang mengais-ngais kelaparan di bawah garis kemiskinan. Puluhan juta remaja terdepak dari aktivitas belajar lantaran nggak kuat bayar. Puluhan juta pemuda usia produktif menganggur, nggak dapet kerjaan.
Hutang menggunung, total Rp 1600 triliun. Badan Usaha Milik Negara yang dijual ke swasta sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Oya, kabar baiknya, hutang yang menggunung tadi kalian yang harus bayar lho. Asli!
Dalam kalimatnya Mochtar Pabotinggi, “Sulit bagi saya untuk mengelakkan kesimpulan, bahwa tanpa terobosan politik yang berani dan tercerahkan, bangsa, negeri, dan negara Indonesia praktis doomed.” Kata Inggris doomed berarti suatu situasi melapetaka; keadaan menemui ajalnya, tidak dapat diselamatkan. (Rosihan Anwar, Pikiran Rakyat 4/5/04)

Kita Butuh Perubahan
Setuju nggak kalo kita katakan bangsa ini butuh perubahan?! Atau kamu2 mau tetap hidup dalam keadaan doomed ini? Tentu tidak khan.
Semua manusia secara fitrah menginginkan perubahan. Ia akan selalu berpikir tentang masa depan; baik jangka pendek maupun jangka panjang. Manusia tidak akan pernah puas dengan realitas kehidupan yang dialaminya, sebaik apa pun itu. Jika kehidupannya baik, dia tentu menginginkan yang lebih baik. Jika kehidupannya buruk, dia tentu menginginkan kebaikan.
Berpikir tentang perubahan sangatlah penting bagi kehidupan. Perubahan identik dengan dinamika. Dengan dinamika itulah manusia akan dianggap eksis. Sebaliknya, kemandekkan identik dengan kematian. Sebab, kehidupan yang stagnan dan sikap pasrah terhadap takdir merupakan bencana yang paling berbahaya yang dapat menjerumuskan bangsa2 yang ada dan umat manusia secara keseluruhan ke dalam jurang kehancuran; lenyap bersama berlalunya waktu.
Manusia tidak akan pernah berpikir tentang perubahan kecuali jika ia menyadari bahwa di dalam kehidupannya terjadi kerusakan atau kebobrokan. Karena itu, diperlukan adanya penginderaan terhadap kerusakan yang terjadi di masyarakat. Manusia tidak mungkin bisa memahami fakta yang sesungguhnya terjadi tanpa adanya upaya untuk mengindera fakta tersebut atau, paling tidak, merasakan efeknya. Dengan begitu, manusia akan selalu berpikir untuk mengubahnya.
Oleh karena itu, berpikir tentang perubahan merupakan jenis berpikir yang sangat menentukan. Berpikir tentang perubahan tidak akan bisa dinikmati oleh orang-orang bodoh dan malas. Sebab, perubahan itu sendiri akan terasa berat bagi mereka.
Sedangkan bagi mereka yang telah teracuni oleh tradisi atau terbelenggu dalam status quo, berpikir tentang perubahan akan dipandang menghancurkan diri, sebab dapat menimbulkan pergeseran posisi mereka. Oleh karena itu, hanya orang2 yang malas dan taraf berpikirnya rendah sajalah yang anti-perubahan.
Kita sudah melihat berbagai peralihan pemerintahan di negeri ini. Mulai dari Orde Lama ke Orde Baru ke Orde Reformasi. Semua peralihan ini sebenarnya didasari keinginan untuk merubah keadaan diri untuk menuju kondisi yang lebih baik.
Partai2 politik pun bermunculan dalam rangka ingin melakukan perubahan terhadap kondisi masyarakat yang sedang terpuruk ini. Banyak orang berharap, Pemilu akan menghasilkan banyak perubahan. Bahkan tak sedikit yang yakin bahwa Pemilu merupakan jalan satu2nya untuk melakukan perubahan. Carut-marut dan kekacauan ekonomi yang selama ini terjadi diharapkan sirna melalui Pemilu yang akan melahirkan para pemimpin rakyat yang baru.
Walhasil, perubahan merupakan suatu hal sangat alamiah bagi manusia. Masalahnya, perubahan yang bagaimana yang seharusnya dilakukan, khususnya oleh kita saat ini, agar menjadi lebih baik?

Metode Perubahan yang Benar
Berpikir tentang perubahan tentu meniscayakan dimulai dengan adanya perubahan paradigma yang menjadi landasan hidup manusia. Paradigma yang menjadi landasan kehidupan manusia inilah yang memungkinkan terjadinya kebangkitan ataupun kemunduran kehidupan itu sendiri.
Dengan demikian, yang pertama kali harus dibidik adalah paradigma mendasar yang ada di tengah-tengah masyarakat. Apabila paradigma mendasar ini telah sejalan dengan fitrah manusia, maka ia tidak perlu diubah. Perubahan hanyalah dilakukan pada hal-hal yang dipandang tidak sahih, tidak lurus.
Apabila paradigmanya telah berubah dan posisinya telah digantikan oleh sebuah paradigma yang pasti kebenaran dan kelurusannya, barulah kita berpikir tentang perubahan masyarakat atau perubahan berbagai realitas yang ada.
Perubahan masyarakat atau berbagai realitas yang dimaksud hanya mungkin terjadi dengan cara mengubah berbagai standar perilaku, pemahaman, dan keyakinan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Apabila telah terwujud paradigma yang sahih dan benar, maka akan terwujud pula satu standar perilaku, pemahaman, dan keyakinan yang mendasar bagi seluruh standar perilaku, pemahaman, dan keyakinan yang ada.
Kalau kita kembali ke contoh kasus temanmu tadi, dan kita ingin merubahnya agar dia bisa terbebas dari jeratan sang pengelola haus harta. Yang harus kita lakukan adalah menghadirkan pada dirinya perasaan terjajah. Kita harus bisa membuka mata dan pikirannya bahwa selama ini dia dibodohi oleh sang pengelola. Dia harus benar2 merasakan bara amarah dalam dirinya hingga ada keinginan untuk membebaskan diri.
Selama kita tidak mampu menghadirkan rasa marah itu, selama itu pula dia akan ngerasa nyaman2 aja, dan tidak akan terjadi perubahan apapun.
Begitu pula dengan negerimu ini sobat. Kalau seandainya jutaan penghuni negeri kolam susu ini tidak juga sadar bahwa mereka sedang dijajah, diinjak dan dihisap, alamat bakal doomed dan tidak terselamatkan, deh. Suwer! Ujung2nya kamu bakalan nyicil seumur idup tuh Rp 1600 triliun hutang bapak2 berdasi.
Karena itulah kita di sini rajin banget ngasih bacaan ke kamu2 semua tentang hal2 yang dekat dengan kehidupan kamu yang menyesakkan dan menyakitkan, tapi seringkali nggak disadari banyak orang. Kami ingin membuka mata dan pikiran sobat2 semua bahwa kita benar2 harus melakukan perjuangan untuk perubahan. Sekarang juga!
Prosesnya pertama2, otak kita yang udah banyak kemasukan virus Trojan dan sering Syntax Error ini harus diformat ulang dan diisi dengan Operating System yang virus free. Pilih Aqidah Islam, bebas virus tuh pren. Dan nginstallnya pun kudu bener. Harus tertanam kuat dan mantap. Jangan asal klik2 next aja tanpa tutorial. Artinya, cari tutor yang handal.
Aqidah ini musti jadi dasar pikiran kita. Jangan masukan software2 pikiran lain sebelum kamu masukin aqidah Islam ke otak kamu. Lalui hari2mu terus dengan penanaman aqidah. Kalau memang sudah mantap, kamu barengi deh dengan pemikiran2 Islam lainnya, seperti fiqh, sirah, tafsir, dll.
Dengan isi otak yang baru ini, tataplah dunia sekitarmu. Kamu pasti akan dapat melihat dengan jelas bahwa sistem kehidupan yang sekarang mengangkangi bumi ini adalah benar2 sistem yang rusak. Sistem yang hanya dijalankan oleh segelintir orang kaya-rakus ini tengah menghisap kekayaanmu, orangtuamu, saudara2mu, tetangga2mu, bahkan seluruh penduduk bumi.
Rasakan bara kemarahan dalam hatimu terhadap sistem yang rusak ini. Jadikan itu sebagai energimu untuk melakukan perubahan. Perubahan menuju kebaikan. Perubahan menuju Islam. Berdakwahlah bersama pejuang2 ikhlas lain yang tengah mencurahkan segenap kemampuan mereka untuk Islam ini.
Perjuangan inilah yang menunjukkan bahwa kita kaum muslimin, hidup. Tanpa perjuangan, sebenarnya kita mati. Oleh karena itu, sekali lagi, setiap Muslim sudah selayaknya untuk senantiasa berpikir tentang perubahan. Jangan lengah! [hnf]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!