Jumat, 23 Juli 2010

Wawancara Eksklusif

Ruangan yang nyaman. Penerima tamunya juga ramah. Tempat Suster Tres menjadi dosen di kampus ini benar-benar menyenangkan. Walau tentu saja Aku danChi harus terbiasa dengan pandangan warga kampusnya yang aneh dengan sosok kami yang berbusana muslimah. 10 menit menunggu, dari arah pintu utama muncul sosok wanita yang langsung menebarkan senyum penuh kasih.


Suster Riri : “Hallow. Siang. Yang ini pasti Chibi. Suster Tres pernah tunjukkan foto kamu. Kenalkan, saya
Suster Riri.”
Chi : “Chi senang bisa bertemu suster. Kenalkan ini Hening, sahabat chi”

Hening : “ Hening “ (hening& suster berjabat tangan)

Suster Riri : “ Suster Tres tadi pagi dikirim mendadak untuk ke seminar. Jadi dia mohon maaf. Dan sebagai
gantinya, gak papa kan kalo saya yang temani? Semakin suster Tres banyak cerita tentang
kamu, semakin saya ingin ketemu kamu, Nak. Kamu benar-benar buat saya surprice! Beneran
lho. Apalagi kamu yang tau-tau sudah seperti sekarang (matanya menyapu kerudung dan
pakaian chi) “

Chi : “Ah, suster. Chi jadi inget pas masa-masa masih ‘trondol’. Tapi Chi juga surprice lho pas tadi
kenalan sama suster. Kalo boleh nebak, nih…emmm..suster bukan keluaran xxxx di
Indonesia, kan?”

Suster Riri : “ haha..! pasti kamu nebak dari baju kemeja, celana panjang, dan kepala saya yang tanpa
penutup,ya? Kamu benar, nak. Saya dari xxxx di Amerika. ”

Chi : “Waaah! Asik,..Chi boleh ngobrol banyak kan sama Suster ?”

Suster Riri : “Ngobrol apa dulu? Nanti takutnya saya yang gak bisa ngimbangi Chibi”

Chi : “aaaa, suster. Chi Cuma pengen tanya yang ringan-ringan aja kok. Kayak…kenapa suster mau
kembali ke Indonesia? Apa karena Suster asalnya dari Indonesia? Atau memang dapet
tugasnya aja? Habisss..kalo Chi jadi suster sih, ogah banget buat balik ke Indonesia.”
Suster Riri : “Lho, kenapa gitu, nak?”

Chi : “Habis, di Indonesia mah antar agamanya jarang akur! Bentar-bentar bentrok. Bentar-bentar
menghujat.”
Suster Riri : “Anakku sayang, kalo soal bentrokan mah, di Amerika juga jelas terjadi. Dan yang pasti saya
kembali ke Indonesia karena disinilah tanah saya”

Hening : “Bukankah semua tanah adalah tanah Tuhan, Sus?”
Suster Riri : “Benar, nak. Tapi, kalau ingat keadaan negri ini, tentu saja saya merasa terpanggil untuk
kembali.”

Hening : “Sebenarnya, siapa yang salah ya, Sus?”
Suster Riri : “Salah? Pada hal apa?”

Hening : “Pada hal serangkaian kekacauan yang membawa nama agama akhir-akhir ini”
Chi : “ssssttt Hening…udah ah! Jangan tanya yang gituan dulu. Gak enak lagiii”
Suster Riri : “Gak papa,nak. Bertanyalah saja. Saya senang dan bagi saya,dialog inilah yang seharusnya
dilakukan. Nak, sebelum membahas hal tersebut, saya lebih suka untuk memakai kata
‘pemicu’ daripada ‘siapa yang salah’.”
Hening : “Boleh juga. Silahkan suster lanjutkan.”
Suster Riri : “Kita awali dengan paradigma bahwa semua agama adalah benar. Berbeda dengan orang atheis
kita menyembah Tuhan yang 1. Kalaupun nama sebutan bagi Tuhan kita berbeda, itu karena
sudut tempat kita memandang saja. Kalau harus diilustrasikan, ini seperti ketika kita melihat
sebuah monument yang amat tinggi. Bisa jadi, dari tempat hening berdiri, hening bisa melihat
beberapa bagian yang saya tidak bisa melihatnya dari tempat saya berdiri. Begitu juga dengan
Chibi yang bisa jadi malah bisa melihat kalau menara itu ternyata punya puncak yang indah.
Selanjutnya kita juga harus dalam 1 paradigma bahwa setiap agama mengajarkan kepada
kebenaran. Jadi, tidak ada 1 agamapun yang membenarkan perbuatan seperti kekerasan,
menghujat agama lain, dan sejenisnya. Kalaupun pada kenyataannya kita menjumpai orang
-orang beragama yang terlibat dalam tindakan tercela seperti itu, bagi saya itu adalah orang
yang memeluk agamanya dengan cara yang bodoh. Orang-orang bodoh yang menganggap
hanya agamanyalah yang paling benar, sehingga tidak bisa menerima pandangan akan ajaran
agama lain yang berbeda dengannya. Dan menurut saya, orang-orang bodoh seperti itu pasti
ada pada setiap agama manapun. Merekalah yang menjadi PR besar untuk setiap pemuka
agama masing-masing.”
HeningΧ : “…………………………………………………………………
…………………………”
Suster Riri : “Eh, bahasa saya susah dipahami ya,Nak?”
Hening : “Tidak kok,Sus. Saya pribadi sedang men coba meng-endapkan perkataan suster. Apa sekarang
saya boleh ambil giliran bicara?”
Suster Riri : “Tentu, Nak. Kasih Tuhan bersama anak yang cerdas sepertimu”
Hening : “ Sama seperti suster, saya ingin sekali kalau kita dapat mengawali pembahasan ini dengan
paradigma yang sama bahwa hanya ada 1 agama yang benar. Itu berarti, agama selainnya
adalah salah. Mengapa? Karena Tuhan pun hanya ada 1. darimanapun sudut kita melihatnya,
seharusnya Tuhan tetaplah 1. Jika boleh juga memakai ilustrasi, maka saya ingin
menggunakan cerita tentang 3 orang buta yang mendefinisikan tentang gajah berdasarkan
bagian yang dipegang. Akhir dari cerita itu, adalah ada seorang yang penglihatannya normal,
meluruskan kepada orang buta bahwa gajah adalah keseluruhan dari apa yang sudah mereka
definisikan. Bagi saya, ini ilustrasi yang lebih tepat sekaligus mejadikan point pembelajaran
tersendiri akan topik kita. keterbatasan yang dimiliki manusia sehingga hanya mampu
mendefinisan Tuhan berdasar apa yang terindera saja, tidaklah tepat kita jadikan sebuah
pegangan bahwa : apa yang didefinisikan olehnya adalah benar. Itu sebabnya utusan-utusan
langit diturunkan dari golongan makhluk yang bernama manusia untuk meluruskan berbagai
definisi yang terpotong-potong, sekaligus meluruskan tata cara ketika harus berhubungan
dengan Tuhan, berhubungan dengan makhluk Tuhan lainnya, dan tentu ketika manusia
tersebut harus berhubungan dengan dirinya sendiri. Ini penting dan harus sampai pada tataran
: BENAR. Saya juga merasa tetaplah harus melihat ulang, apa benar semua kejadian yang
akhirnya di-just sebagai konflik antar agama adalah murni dilakukan oleh orang-orang bodoh,
dengan arti “bodoh” yang suster definisikan sebagai orang yang menganggap ajaran
agamanyalah yang paling benar. Setidaknya saya sudah agak merasa tenang, karena diawal
tadi suster sudah menyatakan bahwa sebenarnya Tuhan disemesta alam ini hanya 1.
Perbedaan nama dan agama antara kita hanyalah karena sudut tempat kita memandangNya
yang berbeda. Tapi, bukankah ini seharusnya membuat perbincangan kita seharusnya dapat
lebih mengkerucut, bahwa semakin banyak kejanggalan yang harus kita pecahkan untuk
menuju 1 kebenaran.
Jika kita telah sepakat bahwa Tuhan adalah 1, maka bukankah dari sudut manapun kita
memandangNya, seharusnya apa yang akhirnya keluar sebagai perintah dari sabdaNya pasti
juga hal yang sama? Maksud saya, bagaimana mungkin Tuhan menurunkan sebuah
ajaran/petunjuk yang tiap masanya tidak memiliki sebuah hubungan yang saling terkait?
Sedangkan ide-ide besar mengenai kehidupan manusia yang ada sampai sekarang ini saja,
awalnya adalah ide-ide kecil yang menjadi besar karena terus menerus diemban oleh murid-
murid sang ‘guru’ yang mengeluarkannya. Walau dalam pengembanannya itu sang murid
melakukan revisi disana sini, tetaplah ide sang guru menjadi daftar pustaka utamanya. Satu
hal yang tidak bisa ditiru generasi umat beragama dalam pengembanan agama adalah,
kelakuan sang murid yang merevisi beberapa ajaran. Karena ini berarti, telah mencampur
adukkan pandangan makhluk yang belum tentu kebenarannya kedalam pandangan Pencipta
yang tentu kebenarannya sudah sampai tahap –ketuk palu-.
Ada lagi ! Semisal, bagaimana mungkin Tuhan memerintahkan pada suster untuk juga
memuliakan Perawan suci maria dan puteranya, selain memuliakan diriNya; memerintahkan
pada suster untuk mengadakan perjamuan setiap minggunya,..sedangkan terhadap saya, Tuhan
memerintahkan saya untuk hanya MemuliakanNya, menyembahNya tanpa perantara 1
makhlukpun, melaksanakan shalat 5 kali dalam sehari. Apa mungkin, ketika Tuhan
memerintahkan kepada suster, Dia memalingkan ‘wajah’Nya hanya ke suster, sehingga saya
tidak dapat melihat dan mendengar titahNya tersebut dari tempat saya berdiri? Dan begitu pula
dengan kasus saya, apakah kiranya Tuhan secara khusus telah bicara hanya dengan saya,
sehingga suster tidak dapat melihat dan mendengar percakapan kami? Tentu saja apa yang
saya ilustrasikan tadi, tidak mungkin, kan sus? Jadi, semakin banyak jumlah agama dan ajaran

yang muncul dalam kehidupan manusia, maka membuktikan bahwa semakin banyak sudut
pandang yang digunakan manusia untuk menyimpulkan perintah Tuhan yang sebenarnya
hanya 1.
Jika mayoritas media telah memberi nama yang sama untuk setiap tindakan orang-orang yang
sangat teguh memegang ajaran agama mereka, sehingga rela mengorbankan apapun dengan
label : Radikal / fanatik, maka saya melihat suster adlah sebagai orang kreatif pertama yang
saya temui dengan memberikan label yang berbeda yaitu : orang-orang bodoh. Selanjutnya,
saya malah menantikan suster untuk bertanya kepada saya, “Mengapa di penjuru bumi ini,
hanya umat islam yang secara continue meminta untuk tertegakkan syariat islam dalam
mengatur kehidupan? Sedangkan umat beragama lain tidak pernah meminta agar umat ini
diatur oleh syariat agama mereka.”

Suster Riri : “Itu karena umat kami telah menerima sepenuhnya bahwa ada banyak hal yang berbeda
diantara kita semua dan seharusnya kita dapat mencapai hakikat ketenangan secara bersama.
Dan itu dapat dicapai dengan cara apapun, tanpa harus memaksakan ajaran kami untuk
dilakukan oleh orang yang ada dalam ajaran yang berbeda dengan kami”
Hening : “Sepakat. Saya sepakat dengan beberapa yang baru saja suster katakan. Berabad usia bumi,
bermilyar penghuninya, tentu saja melahirkan sosok-sosok yang berbeda satu sama lain. Itu
sebabnya, kepada utusan terakhirNya, Tuhan menyampaikan ajaran yang Dia katakana sebagai
ajaran yang –menjadi Rahmat bagi semesta alam-.
Rahmat adalah semua hal yang bisa kita preteli kecil-kecil seperti : kebaikan,
kesejahteraan,ketenangan,..dan semua hal yang sifatnya alami pada tiap makhluk. Tadi saya
juga ingat kalau suster menyebutkan ingin menuju ketenangan. Nah, ketenangan itu adalah hal
yang alami, yaitu tiap makhluk yang normal, pasti menginginkan ketenangan. Sedangkan
semesta alam, dapat kita definisikan sebagai tata surya bima sakti, tata surya selain bima sakti,
dan kalaupun bicara tentang planet bernama bumi maka itu berarti adalah mulai dari kulit
terluar sampai lapisan terdalam bumi, sesuatu yang padat/cair/gas yang ada di bumi, semua jenis
makhluk hidup dan benda mati yang ada di bumi, juga setiap lapisan langit, dan yang utama
adalah : Tuhan tidak hanya sedang berbicara tentang umat islam saja. Tapi juga semua umat
beragama lain. Dalam kacamata agama saya, inilah yang disebut sebagai “Maha pengasih”.
Namun, hal tersebut bukan menjadikan sebuah pembenaran akan ajaran lain selain ajaran yang
mengacu pada Kitab suci Al-Quran. Karena, agama yang saya anut juga mengenal makna
“Maha penyayang”. Arti singkatnya : Tuhan memang akan memberi hal-hal keduniawian secara
merata kepada ciptaanNya tanpa memandang kebaikan/keburukan yang mereka perbuat. Itu
sebabnya gak usah heran kalau melihat orang jahat, namun hidupnya Kaya dan bahagia,
sementara orang yang jujur rejeki yang diberikan kepadanya tidak sebanyak orang yang tidak
jujur. Tapi, kalau soal “sayang’, Tuhan tentu gak sayang dengan semua makhluknya, dalam
arti…Dia hanya akan sayang kepada makhluknya yang taat akan perintahNya. Walau, rasa
sayang/tidak sayang ini tidak berpengaruh pada urusan keduniawian. Benar-benar Maha
ya,sus?!.
Naaah, karena karakteristik ajaran yang telah diberikan itulah, maka umat islam tampak sebagai
umat yang ingin agar syariat islam tegak dan mengatur kita semua. Ditambah lagi, islam adalah
lebih dari sekedar agama. Islam adalah sebuah pandangan hidup sempurnya. Ini terbukti, islam
tidak hanya mengatur tentang ibadah terhadap Tuhan. tapi juga dapat menyelesaikan semua segi
yang jika boleh saya singkat : PolEkSosBudHanKam. Dan saya sangat yakin kalau itu tidak ada
dalam ajaran manapun. Dalam arti, ajaran tersebut diambil langsung dari kitab suci. Tidak ada
kitab selain al-Quran yang membahas tentang perdagangan, riba, perceraian, aborsi, wanita yang
boleh/haran dinikahi, aurat, kloning, Ruh, perjanjian internasional antar bangsa, listrik, BBM, air,
pendidikan, kesehatan, kelahiran, kematian…
Jika saja agama suster memiliki pengaturan itu semua, saya yakin bahwa akan ada permintaan
dari umat nasrani untuk menegakkan syariat Nasrani. Begitu juga akan ramai permintaan untuk
menegakkkan syariat Hindu, Budha, dan sebagainya. Tapi nyatanya, itu tidak ada dalam ajaran
selain islam.
Bahkan kita tidak boleh menutup mata bahwa Adam Smith, sang bapak ekonomi dunia, adalah
seorang Bapa (pastor) di negaranya. Pemikirannya telah menghasilkan sebuah pondasi awal bagi
ekonomi kapitalis. Perekonomian yang hanya meletakkan kaum pemodal sebagai penguasa.
Yang mendudukkan yang paling kuat sebagai pemenang. Sebuah sistem yang amat jauh dari
ajaran cinta kasih yang dapat saya lihat dari wajah dan perkataan suster.

Suster Riri : “Essay yang sedari tadi Anak paparkan, bagi saya malah dapat membuat hubungan kita tidak
akan berakhir dalam ketenangan. Kelak kita dapat saling memaksakan pendapat masing-
masing. Saya khawatir”
Hening : “Berarti saya yang sedari tadi tidak mampu untuk mengemas pembicaraan saya, sehingga
suster jadi khawatir. Saya mohon maaf, sus. Walau tetap harus ada yang saya tambahi disini
bahwa islam tidak mengenal sebuah pemahsaan. Selama 13 abad islam pernah memimpin
asia, eropa dan afrika, islam masuk dengan sebuah penawaran : “Apakah bersedia tunduk
akan ajaran islam ? Atau memilih untuk ditaklukkan?”
Ajaran islam disini artinyapun ada 2, yaitu : Bersedia masuk sebagai umat beragama islam,
atau tetap dalam agamanya yang lama namun bersedia untuk diatur dalam syariat islam.
Kedua pilihan tersebutpun memiliki final yang sama. Mereka yang memilih untuk masuk
dalam agama islam maupun hanya sekedar tunduk akan syariat islam dan tetap dalam
agamanya, maka mereka sama-sama mendapatkan pelayanan sebagai warga Negara Islam.
Mereka sama-sama dilindungi haknya, dihormati kewajibannya (dalam beribadah), mendapat
pelayanan yang sama dalam hal kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan pemenuhan kebutuhan
hidup mereka.
Semua yang saya paparkan barusan, tentu saja hasil dari apa yang saya baca selama ini. Baik
dalam literature yang ditulis oleh kaum islam, maupun oleh orang-orang dari kaum lain.
Suster, jika boleh saya bertanya, “ apa pendapat suster bila kelak syariat islam yang selama ini
diperjuangkan akan tertegakkan?”
Suster Riri : “Kita sangat majemuk,nak. Hal seperti itu tentu tidak mungkin terjadi. Dimana hanya ada 1
ajaran yang mengatur semua ajaran yang ada.”
Hening : “Semisal saja itu mungkin terjadi?”
Suster Riri : “Pasti akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dan itu pasti akan sulit sekali”
Hening : “Semisal…ini semisal,sus. Diantara kesulitan dan ketidak mungkinan itu,..apa yang saya
katakan akan terwujud, dimana akan ada system yang luar biasa agung yang akan mengatur
kita tanpa memandang apakah kita dalam ajaran agana ‘A’, ‘B’, atau ‘C’,..bagaimana?”
Suster Riri : “…………………………………………………………………………………….”
Hening : “Suster..?”
Suster Riri : “…………………………………………..Saya hanya ingin kondisi yang tenteram dan damai”
Hening : “Pasti. Itu pasti akan suster dapatkan. Anggaplah hari ini ada anak nakal bernama Hening yang
dengan lancangnya telah berjanji akan 2 hal kepada suster. Saya berjanji untuk membuktikan
penegakan itu. Dan jika kelak sudah tegak, saya janji akan mengajak suster ikut serta dalam
ketentraman dan kedamaian yang sama-sama kita impikan. Saya berjanji.
Chi, ada yang mau kamu sampaikan?”
Chibi : “ eh! (kaget karena dari tadi Cuma jadi kambing congek) emmmm… (mulai mikir)
Chi….Chibi sayang suster.”
Suster Riri : (senyum) “Terimakasih, Nak”

Hey, Chi!
Bagianku tulis wawancara sudah selesai.
Sekarang giliran kamu yang buat pembahasan akan hasil wawancara.
Jangan jadi kambing congek doang!
(Hening.Prahara)


Itu tuuuh, yang namanya “nyerobot”. Jelas-jelas yang punya ide temu kangen tuh Chi. Tapi Hening yang lebih dominan. Aaaaaaaaa, harusnya kan pemain utamanya Chi!
Tadi itu, pas Chi diem selama wawancara, sebenernya Chi lagi mikirin sesuatu.
Biar asik, Kita awali dengan permainan!
Dari beberapa orang yang Chi ajak main : melengkapi kalimat, mayoritas menjawab dengan jawaban yang sama. Jadi, kita coba buat maen bareng,Ok. Kamu tinggal lengkapi titik-titik dengan 1 kata. Let’s play :
Guru adalah profesi yang menuntut banyak pengorbanan. Selain harus siap ditugaskan di daerah manapun, guru juga tidak ditunjang dengan gaji yang memadai. Setidaknya ini yang tercatat dalam data di beberapa media. Di lain sisi, guru selalu ditintut untuk memberikan hal yang terbaik bagi muridnya. Maka salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru yang baik adalah mempersiapkan bahan dan literature terkini sebelum proses belajar dimulai. Hal ini tentu saja membutuhkan banyak waktu dan uang tersendiri. Sedangkan dilain pihak, guru harus bekerja sampingan agar kebutuhan keluarganya tetap dapat terpenuhi.
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa : Guru adalah profesi yang ……………………………..

Hayooo! Kamu barusan jawab apa? Ngaku aja deh!
Karena nih, mayoritas orang yang Chi ajak main memberikan jawaban : Sulit / Berat / menyedihkan.
Bahkan ada yang jawab : miskin/ aneh/ lucu. Coba aja kamu rangkain jawaban tersebut dengan jawaban teman-teman Chi. And of course kamu bandingkan dengan jawabanmu.
Padahal, yang chi inginkan adalah jawaban : Mulia. Jadi, kalimat terakhir akan berbunyi :
Guru adalah profesi yang mulia.
Gimana enggak?! Sudahlah gaji kecil, dituntut macem-macem lagi. Tapi bagi mayoritas orang, justru menyimpulkan bahwa guru adalah profesi yang berat.
Padahal, jawaban-jawaban mayoritas itu tadi lebih tepat bila pertanyaan Chi adalah, “Apa perasaanmu setelah melihat kondisi guru yang Chi ceritakan ?”
But, tenang Man! Kita ber-bezẽ hanya dikarenakẽn masalah : PERSEPSI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!