Jumat, 25 Februari 2011

Saya dan Sudut Ruang Perpustakaan

Saya terkantuk-kantuk di salah satu sudut ruang perpustakaan kampus saya. Kelelahan, setelah seharian mendapatkan kuliah yang menjemukan. Belum juga deadline tugas besok yang belum terselesaikan. Dan pergelutan dengan tugas-tugas itu harus saya menangkan sore ini kalau tidak mau pak dosen meneriaki muka saya (lagi).

Saya tiba-tiba teringat akan teman-teman saya yang begitu semangatnya kuliah. Semangat mereka mengejar cita-cita yang mulia, sekedar lulus dan mendapat kerja, sampai mereka yang (sempat) terpaksa karena tuntutan orang tua. Saya kagum dengan semangat mereka.
Hehe. Dan saya tetap tidak perduli. Saya di bilang sebagai mahasiswa sok sibuk dengan hal-hal yang mereka bilang kuno, tidak prospek. Saya acuh saja dan saya selalu tersenyum.

“ Mereka belum tau, dan semoga Allah membuka hati mereka . Amin..“,pikir saya dalam hati.

Ya, aktivitas utama yang di lakukan Muhammad SAW dan para sahabatnya ini telah banyak menyita waktu saya. Waktu kuliah, waktu belajar, bermain, sampai waktu tidur saya. Saya prioritaskan sekarang, bukan tanpa alasan teman. Karena saya ingin berubah dan saya ingin menjadi salah satu manusia terbaik yang pernah di ciptakan Allah. Saya ingin berubah, ketika waktu saya dulu saya manfaatkan untuk dunia dan aksesorisnya. Sibuk kuliah, belajar, kerja, sampai pacar.

Karena hanya saya yang bisa mengubahnya, bahwa Allah telah menegaskan Dia tidak akan mengubah keadaan seseorang, selama orang tersebut tidak mau mengubah keadaan mereka sendiri. Dan saya ingin berubah, saya ingin meraih hidayah. Meraih?? Bukankah hidayah itu di turunkan oleh Allah? Bukankah hanya hak prerogatif Allah untuk memberikan hidayah pada hambanya? Tanya teman saya. Anda kurang tepat bro, jawab saya. Bahwa hidayah itu petunjuk, saudaraku. Dan bahwa petunjuk itu semua sudah ada, sudah tercetak, dan sudah berserakan di banyak tempat sekitar kita, adalah Al-Quran. Ya, Al-Quran itu lah petunjuknya. Petunjuk itu sudah berpijar, kebenaran itu sudah menyala terang benderang. Tinggal kita mau atau tidak mengambilnya, menggenggamnya.

Its just a choice men, ini hanya tentang sebuah piliahan men. Petunjuk atau tersesat, kebenaran atau kesalahan, SURGA atau NERAKA ??

Maka menurut saya (dan mungkin juga menurut anda), betapa bodohnya mereka yang memilih neraka, alias bodoh mereka yang memilih kesalahan, alias bodoh mereka yang memilih tersesat, alias bodohnya mereka yang tidak mengambil Al-Quran sebagai petunjuk dalam hidupnya.
Dan PETUNJUK itu telah menyebutkan, “ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah “ (Ali Imron:110), dan itu cita-cita saya. Menjadi salah satu manusia terbaik di muka bumi ini menyampaikan risalah Manusia Terbaik di Bumi. Berjuang seperti Bilal, “meludahi” harta dan wanita seperti Mush’ab bin Umair. Militan bak Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah. Dan lantang bagaikan Abdullah bin Mas’ud juga meyakini sesuatu yang tidak bisa di lihat mata seperti Muhammad al-fatih.

Ketika di akhirat sebuah janji telaga Kautsar yang lezat. Menjadi sosok yang para mujahid pun iri, ketika melihat terdapat mimbar-mimbar cahaya pada kami. Yang memiliki gelar ikhwani, yang derajatnya limapuluh kali para sahabat nabi. Saya mau, dan kamu juga pasti? Sebuah kesempatan yang hanya sekali, karena setelah mati saya tidak mungkin bisa kembali ke bumi.
Kantuk saya sudah hilang, ketika adzan ashar sudah berkumandang. Dan ternyata tugas saya belum tersentuh sama sekali. Haha.

Raih kebenaran yang telah berpijar di depanmu itu kawan, walaupun jalanmu terjal dan berbara. Karena hidup adalah nuansa, yang harus kita jalani dengan kebenaran yang sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!