Jumat, 15 Juli 2011

Cerita oleh ideologicalRose

Teringat dulu ketika terakhir saya berkencan dengan pacar saya. Ketika itu saya menganggap seperti inilah cinta. Cinta yang selalu menuntut untuk diungkapkan. Cinta yang darinya selalu membutuhkan implementasi yang nyata.

Teman saya mengatakan bahwa cinta itu tak hanya diam. Kecenderungan yang muncul dari setiap hati manusia itu membutuhkan penyaluran. Penyaluran agar pemiliknya dapat menikmati keindahan yang terpancar olehnya.

Sepasang kekasih, memandang bahwa pasangannya adalah manusia terbaik di muka bumi ini. Puisi mereka puisi paling romantis. Lagu-lagu mereka lagu-lagu paling merdu. Makan malam mereka, dansa mereka, adalah suatu yang paling indah. Hati mereka berbunga-bunga, pipi mereka merona, dan mata mereka berbinar ketika mereka berdua bersama.

Dua tahun lalu terakhir kali saya mampu mengungkapkan cinta saya pada seorang perempuan, ketika itu pacar saya. Puisi kami paling romantisa, dinner kami paling indah. Dan dunia hanya milik kami berdua. Sungguh sekarang bukannya saya tidak mampu mengungkapan cinta, tapi lebih mendasar dari itu. Bahwa pemikiran saya tentang cinta sudah banyak berubah.

Bahwa cinta itu tetap suatu yang sakral bagi saya. Cinta adalah suatu yang perlu di jaga, di dalam hati. Dan perlu penjagaan yang sangat kuat agar cinta bisa di gunakan dengan sebaik cara.

Cinta di gunakan dengan sebaik cara? Seperti apa itu? Disekitar kita, sadar atau tidak sangat banyak penggunaan cinta yang tidak dengan sebaiknya, walaupun bagi para pelakunya itu merupakan hal yang lumrah. Mereka lupa hakikat kesucian cinta, dan mereka lupa untuk apa sebenarnya cinta di ciptakan Sang Pencipta.

Mereka lalai hingga rela di butakan, di butakan oleh cinta. Mereka terbuai, dengan pembenaran atas nama cinta. Tidak usahlah saya menyebutkan dengan detail contohnya, saya yakin teman2 lebih sering melihatnya. Ya, mereka yang melakukan sentuhan, ciuman, bahkan sampai hubungan tubuh intim, mereka lakukan dengan pembenaran atas nama cinta. Pembenaran bahwa cinta mampu menghalalkan ketika sepasang kekasih mau melakukannya.

Bagi saya petunjuk dalam hidup ini sudah jelas, yaitu apa yang diturunkan sang pencipta. Entah yang merupakan firmanNya atau perbuatan yang di contohkan utusanNya. Demikian juga dengan cinta, saya sudah menemukan jawabannya.

Dalam islam tak ada namanya penyaluran cinta ketika cinta itu masih haram untuk di salurkan. Disinilah islam menghormati kesakralan cinta. Cinta harus memiliki ikatan suci terlebih dahulu ketika pemiliknya hendak menikmatinya, yaitu ikatan pernikahan.

terjagalah dari segala maksiat dari segala zina dan nafsu dunia yang sesat
disatukan dalam karunia yang suci bersama jiwa2 yang selalu haus akan ibadah dan penuh harga diri
ini bukan cerita cinderella, bukan juga patah arang cinta buta siti nurbaya
tak dapat diukur tapi bersama allah semua pasti akan teratur
dinyatakan dalam ketulusan dari mutiara ketakwaan yang sangat mendalam
bersemi dari pupuk akhlak yang hebat, berbuah dalam kesabaran dan ketekunan yang lebat
tidak, ini tidak akan di mengerti oleh hati yang penuh denagn dusta, yang buta oleh warna-warni dunia yang fana
ini hanya untuk mereka yang selalu ingin luruskan keteladanan bagi generasi berikutnya
keteladanan abadi dalam harum kesturi dan buah ibadah
dan menjadi manis seperti kurma di awal rembulan yang indah
untuk selalu berjalan dalam kesetiaan dan harapan
dan hanya mau mencium atas dasar kemurnian kita berkata cinta
karna bukan apa siapa dan bagaimana tapi luruskanlah dalam wangi surga
karna apa sebenarnya kita berani berkata cinta


dan saya memilih tetap menyimpan cinta saya dan memberikan pada yang berhak kelak.

ideologicalRose di ilhami dari puisi seorang sahabat di atas . silahkan berkontemplasi sendiri ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!