Rabu, 14 April 2010

Alexander


Hari ini begitu cerah , ketika mendung tak lagi nampak seperti biasanya . Awan-awan mulai memutih tak seperti hari-hari biasa , ketika itu pula matahari bersinar dengan cerahnya tanpa penghalang sinarnya menyentuh tubuh mungil yang meringkuk di atas trotoar itu . Jalanan sudah mulai ramai , ketika tubuh lusuh itu dengan lelapnya pulas di depan pintu sebuah toko .

Hari sudah dimulai .

tubuh itu dibangunkan klakson kendaraan-kendaraan besar seperti hari-hari yang sudah . Tangan kecil itu mengucek matanya , mengonsentrasikan pikiran dan memfokuskan matanya . Perutnya terasa kosong ketika terdengar bunyi " krucuk .. krucuk .. " . Ya , hari ini pun tubuh mungil yang biasa di panggil Kancel itu harus berjuang sendiri mencari pengisi perut agar tetap hidup .

Hmm , dia mulai berpikir , mencari cara dengan apa dia hari ini bisa memberi makan cacing-cacing di perutnya . Hanya sebuah kentrung [gitar kecil] yang selalu menemani .

" ahh .. hari ini aku harus ngamen lagi "

dia merasa tak punya kekuatan lagi untuk menjadi kuli angkut di pasar .

Kancel memulai langkahnya , dia memutuskan un tuk mengamen dari rumah ke rumah , dari dari toko ke toko , demi recehan rupiah , demi isi akan perutnya .

Alex Dhimas Perkasa , bocah , benar-benar dilahirkan 9 tahun yang lalu dari sebuah rahim yang dia rasa tidak menginginkan kelahirannya . Hanya sebuah nama yang indah yang pernah dia banggakan , dia merasa pemberi nama itu berharap Alex akan menjadi orang hebat bak Alexander The Great , yang mampu menaklukan 1/3 duni aketika masih berusai 19 tahun , dan seorang Agung yang mendirikan kota impian , kota penuh inspirasi , kota pusat peradaban : Alexandria , Egypt . Tapi dia tidak yakin yang memberikannya nama hebat itu kedua orang tuanya , ketika dia berpikir relaistis melihat keadaannya sekarang . Dan sekarangpun dia sudah mulai nyaman dengan nama barunya Kancel , entah kapan orang-orang mulai memanggilnya dengan nama itu . Sebuah nama yang mungkin lebih mencerminkan hidupnya .

Langkahnya terhenti disebuah rumah , sebuah rumah dimana ia hampir selalu berhenti . Diam , dan menunggu . Di salah satu jendela lantai kedua itu sesosok sebayanya tampak mengintip , dan tersenyum . Ya , perempuan ayu sebaya Kancel turun , membawakan minuman dan beberapa potong roti .

" kamu habis ngamen lagi ? apat berapa ? "
" hmm , cuma dikit hari ini . tapi aku puas " tersenyum .
" kamu enak ya ?? aku iri . "
" kaya gini kamu bilang enak ?? " sedikit kaget .
" iya . kamu bebas mau ngapain aja . gak kaya aku ."
" tapi kamu kenyang tiap hari , aku tiap hari belum ada kepastian perutku terisi ".
" hmm .. "

mereka diam sejenak .

" kamu kenapa , sedikit murung lagi hari ini ?? " tanya Kancel.
" biasalah . masalah rumah ."
" rumah segedhe punyamu kok selalu buat kamu gak nyaman ya ??"
" hmm . itu yang aku gak suka . aku pengen bebas kaya kamu , cel "
" gak mungkinlah .. aku gak mau ngajak kamu kabur dari rumah "
" ayolah cel .. sekali aja . kamu tega liat aq nagis tiap hari ? "
" gak usah maksa deh !! hidup kamu gak akan lebih baik kalo kamu kabur ."
" ayolah . aku yakin lebih baik aku gak ada dirumah itu cel "

Diam .

" hidup kita hampir sama . kita merasa gak dibutuhin di keluarga kita , tapi bedanya kamu sedikit beruntung " gumam kancel
" beruntung gimana ?? "
" kamu gak di buang , Rat .. "
" kadang aku pengen di buang dari aku belum kenal papa-mam , cel . kalo udah gini keadaannya aku semakin benci . orang yang nyata2 di depan mataku yang ngelahirin aku ternyata gak peduliin aku . mereka lebih sibuk ama perceraian dan pasangan baru mereka "
" hmm , aku gak pernah tau wajah papa-mamaku . yang aku tau mereka cm ngasih nama "
" mending gitu cel , gak pernah liat sekalian "
" hhee . kamu .. "

Diam lagi.

" kamu yakin mau ikut aku ?? "
" yakin , cel "
" hidupku keras . waktu siang aku kepanasan , waktu malam aku kedinginan , waktu lapar belum tentu bisa makan .. "
" tapi ada kamu kan cel , kamu yang temenin aku kan ?? "
" ayo ! " mengulurkan tangan dan menggemgamnya erat .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your coment here !!